proposal usaha pangan tradisional koperasi

Proposal Usaha Unit Produksi Pangan Tradisional – Koperasi Merah Putih

Proposal Usaha Unit Produksi Pangan Tradisional – Koperasi Merah Putih

 

Estimasi waktu baca: 10–12 menit

🔎 Key Takeaways

  • Produk pangan tradisional memiliki pasar yang berkembang, terutama karena tren makanan sehat dan lokal.
  • Koperasi Merah Putih menargetkan kapasitas produksi hingga 1.000 unit/hari.
  • Proyeksi laba bersih tahun pertama mencapai Rp378 juta, dengan ROI 540%.
  • Strategi pemasaran difokuskan pada branding desa, distribusi online, dan kemitraan lokal.
  • Payback period hanya 2,5 bulan berkat proyeksi arus kas yang sehat.

📌 Daftar Isi Proposal Usaha Unit Produksi Pangan Tradisional

  1. Aspek Pasar dan Pemasaran
  2. Aspek Teknis dan Operasional
  3. Aspek Manajemen dan Organisasi
  4. Aspek Keuangan dan Permodalan
  5. Aspek Legalitas dan Perizinan
  6. Aspek Sosial dan Lingkungan

I. Aspek Pasar dan Pemasaran

Peluang: Produk pangan tradisional menarik minat masyarakat karena cita rasa autentik dan nilai budaya. Dalam tren konsumsi sehat dan lokal, produk ini memiliki competitive advantage.

Kondisi Pasar: Terletak di kawasan semi-perkotaan, koperasi memiliki akses ke pasar wisata kuliner, ritel lokal, dan jaringan digital.

Posisi Produk: Berada di ujung rantai pasokan dan dipasarkan langsung ke konsumen dengan nilai tambah dari kemasan dan kisah budaya lokal.

Strategi Pemasaran:

  • Branding: “Pangan Tradisional Sehat Asli Desa”
  • Distribusi via toko koperasi, pasar modern, marketplace
  • Promosi di media sosial dan festival budaya
  • Kemitraan dengan restoran dan toko oleh-oleh

II. Aspek Teknis dan Operasional

SDM dan Teknologi: 12 tenaga kerja, alat produksi seperti kompor industri, mesin penepung, alat pengemasan dan pengeringan.

Proses Produksi: Menggunakan bahan lokal seperti beras, ketan, dan singkong untuk membuat rengginang, dodol, getuk, dan kue tradisional.

Kualitas Produk: Higienis, tanpa pengawet, bersertifikat PIRT dan Halal.

Kapasitas: 800–1.000 unit produk/hari.

Kemudahan Bahan Baku: Tersedia sepanjang tahun dari petani lokal.

III. Aspek Manajemen dan Organisasi

Struktur:

  • Kepala Unit
  • Divisi Produksi
  • Divisi Pengemasan & Gudang
  • Divisi Pemasaran
  • Divisi Administrasi dan Keuangan

Perencanaan: Rencana kerja tahunan, evaluasi triwulan, dan pengawasan oleh pengurus koperasi.

Kualifikasi SDM: Minimal SMP untuk produksi, SMA untuk distribusi dan administrasi, dengan pelatihan khusus.

IV. Aspek Keuangan dan Permodalan

1. Proyeksi Investasi Awal

Item Jumlah
Renovasi Produksi Rp20.000.000
Peralatan Produksi Rp30.000.000
Mesin Pengemasan Rp12.000.000
Perizinan & Legalitas Rp3.000.000
Pra-operasi Rp5.000.000
Total Rp70.000.000

2. Sumber Dana

  • Modal Sendiri: Rp20 juta
  • Simpanan Anggota: Rp10 juta
  • Pinjaman/Hibah: Rp40 juta

3. Proyeksi Pendapatan Bulanan

  • Rengginang: Rp48 juta
  • Dodol & Getuk: Rp40 juta
  • Kue Basah: Rp30 juta
  • Total: Rp118 juta/bulan

4. Biaya Operasional Bulanan

  • Bahan Baku: Rp28 juta
  • Gaji: Rp22 juta
  • Listrik/Air: Rp2,5 juta
  • Transportasi: Rp3 juta
  • Lain-lain: Rp3 juta
  • Total: Rp58,5 juta

5. Proyeksi Laba Rugi Tahun Pertama

  • Pendapatan: Rp1.416 juta
  • Laba Bersih: Rp378 juta

6. Break-Even Point (BEP)

BEP: 5.000 unit atau Rp55 juta/bulan. Tercapai di bulan ke-2.

7. ROI & Payback Period

ROI: 540% — Balik modal: 2,5 bulan

8. Sensitivitas

Skenario terbaik: laba Rp500 juta/tahun
Skenario realistis: BEP bulan ke-2
Skenario terburuk: BEP bulan ke-4

Legalitas: Unit di bawah koperasi berbadan hukum.

Perizinan:

  • NIB
  • PIRT
  • Sertifikasi Halal (on progress)
  • Merek dan hak cipta kemasan

VI. Aspek Sosial dan Lingkungan

Dampak Sosial: Pemberdayaan perempuan, pemuda desa, dan pelestarian kuliner tradisional.

Dampak Lingkungan: Limbah organik diolah menjadi kompos dan menggunakan kemasan ramah lingkungan.

Download File Docx : proposal usaha pangan tradisional koperasi