pengolahan limbah organik jadi kompos

Proposal Usaha Pusat Pengolahan Limbah Menjadi Kompos

Proposal Usaha Pusat Pengolahan Limbah Menjadi Kompos

 

Estimasi waktu baca: 7–10 menit

Key Takeaways

  • Koperasi berperan aktif dalam pengelolaan limbah organik.
  • Produk kompos berkualitas tinggi dan bernilai ekonomi.
  • Unit usaha mampu menyerap tenaga kerja lokal.
  • Berorientasi pada keberlanjutan dan edukasi lingkungan.

Daftar Isi Proposal Usaha Pusat Pengolahan Limbah Menjadi Kompos

  1. Pendahuluan
  2. Aspek Pasar dan Pemasaran
  3. Aspek Teknis dan Operasional
  4. Aspek Manajemen dan Organisasi
  5. Aspek Keuangan dan Permodalan
  6. Aspek Legalitas dan Perizinan
  7. Aspek Sosial dan Lingkungan

I. Pendahuluan

Koperasi Hijau Bersama merintis unit usaha pusat pengolahan limbah organik menjadi kompos di Kecamatan Sumberjati. Inisiatif ini bertujuan mengelola limbah pasar dan rumah tangga menjadi kompos yang bernilai ekonomis dan ramah lingkungan.

II. Aspek Pasar dan Pemasaran

  • Peluang Pasar: Tingginya kebutuhan kompos organik dari sektor pertanian dan perkebunan lokal.
  • Kondisi Pasar: Wilayah belum memiliki produsen kompos terstandar meski kebutuhan sangat tinggi.
  • Posisi dalam Rantai Permintaan: Sebagai substitusi pupuk kimia dan solusi pengelolaan limbah organik.
  • Strategi Pemasaran:
    • Sosialisasi dan pelatihan ke kelompok tani.
    • Distribusi langsung ke mitra lokal.
    • Branding produk sebagai “Kompos Hijau Bersama”.

III. Aspek Teknis dan Operasional

  • Sumber Daya Manusia: Operator mesin, tenaga produksi, teknisi kompos, marketing lokal.
  • Teknologi: Mesin pencacah, komposter fermentasi, ayakan dan alat ukur kadar air.
  • Proses Produksi: Pengumpulan, sortasi, pencacahan, fermentasi, pengemasan.
  • Kualitas Produk: Kompos bersertifikat organik lokal, bebas bau, kemasan 25–50kg.
  • Kapasitas Produksi: 2 ton limbah/hari → 700–800 kg kompos.

IV. Aspek Manajemen dan Organisasi

  • Perencanaan: 1 bulan sosialisasi, 2 bulan pembangunan dan alat, operasional bulan ke-4.
  • Struktur Organisasi: Manajer, Supervisor, Tim Produksi, Admin Keuangan.
  • SDM: Masyarakat lokal lulusan SMA/SMK dengan pelatihan teknis dari dinas lingkungan.

V. Aspek Keuangan dan Permodalan

Total Investasi Awal: Rp 150.000.000

1. Rincian Investasi

  • Bangunan: Rp 70.000.000
  • Mesin pencacah: Rp 25.000.000
  • Komposter: Rp 35.000.000
  • Ayakan dan alat pengemas: Rp 10.000.000
  • Perizinan dan pelatihan: Rp 10.000.000

2. Sumber Dana

  • Modal koperasi: Rp 50.000.000
  • Pinjaman KUR/LPDB: Rp 100.000.000

3. Proyeksi Pendapatan Tahun Pertama

  • Volume penjualan meningkat dari 5.000 kg ke 10.000 kg/bulan.
  • Harga jual: Rp 1.500/kg
  • Total pendapatan: Rp 120.000.000

4. Proyeksi Biaya Operasional

  • Gaji: Rp 12.000.000/bulan
  • Transportasi, listrik, kemasan: Rp 6.000.000/bulan
  • Total biaya tahunan: Rp 216.000.000

5. Laba Rugi (3 Tahun)

Tahun 1: -Rp 96.000.000

Tahun 2: -Rp 40.000.000

Tahun 3: Rp 30.000.000

6. Arus Kas dan Break-Even

  • Titik impas di akhir tahun ke-3.
  • ROI positif mulai tahun ke-4.

7. Analisis Sensitivitas

  • Skenario terbaik: pendapatan naik 30%, BEP tercapai lebih cepat.
  • Skenario terburuk: penurunan harga jual, subsidi silang diperlukan.

VI. Aspek Legalitas dan Perizinan

  • Koperasi berbadan hukum.
  • Memiliki izin lokasi, NIB, izin lingkungan, dan kerja sama dengan DLH.
  • Beroperasi sesuai Perda pengelolaan sampah dan lingkungan.

VII. Aspek Sosial dan Lingkungan

  • Sosial: Meningkatkan lapangan kerja, membangun budaya sadar lingkungan.
  • Lingkungan: Mengurangi sampah organik, menghasilkan kompos, mengedukasi masyarakat.

Download File Docx : pengolahan limbah organik jadi kompos